Sumber : Goradiofm.com
Setiap orang pasti takut
mendengar penyakit kanker. Penyakit ini merupakan penyakit yang paling ditakuti
dan dipandang sebagai penyebab utama kematian di seluruh dunia. Kanker dapat
mengenai laki-laki dan perempuan serta dapat menimpa semua bagian tubuh. Kanker
memiliki banyak jenis. Penamaannya jenis kanker berdasarkan jenis selnya, dimana
mereka mulai beraktifitas. Misalnya kanker paru-paru beraktifitas pada organ
paru-paru, kanker hati terjadi pada organ hati, dll. Jumlah kematian yang
disebabkan oleh penyakit kanker adalah lebih besar dari total jumlah kematian
yang disebabkan akibat TBC, HIV, dan malaria.
Berdasarkan data dari
Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010, diperkirakan terdapat
penduduk Indonesia yang mengidap kanker baru adalah 1:1000 penduduk per tahun
dan Kanker merupakan penyebab kematian ke-5 di Indonesia. Diasumsikan penderita
kanker akan melesat tinggi pada tahun 2030 di negara-negara berkembang termasuk
Indonesia.
Berbagai teknologi pun
telah banyak dikembangkan untuk mendiagnosa dan mengatasi jenis-jenis penyakit
kanker. Contohnya, mammografi untuk mendiagnosa kanker payudara, CT scan untuk
mendiagnosa kanker otak, Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk mendiagnosa
kanker tulang.Positron Emision Tomografy (PET) untuk mendiagnosa kanker
paru-paru Namun semua teknologi tersebut memiliki kelemahan yakni dapat merusak
sel-sel dalam tubuh. Pada rentang 10 tahun ini telah dikembangkan teknologi
ECTV (Electrical Capacitance Volume Tomografy) buatan ilmuwan
Indonesia bernama
Dr. Warsito. Teknologi ECTV buatannya diberitakan mampu “membasmi” sel
kanker dalam tubuh namun tidak merusak sel-sel dalam tubuh.
Pengembangan teknologi
ECTV (Electrical Capacitance Volume Tomography) buatan Dr. Warsito saat ini
sudah tercipta 4 perangkat yakni brain activity scanner, breast activity
scanner, brain cancer electrocapacitive therapy, breast cancer electrocapacity
therapy. Teknologi ini telah berhasil menyembuhkan banyak pasien penderita
kanker payudara dan kanker otak dan salah satu pasien nya adalah kakak Dr.
Warsito sendiri yang mengidap kanker payudara stadium 4. Jangka waktu pasien
menggunakan alat nya tergantung jenis kanker yang sudah berkembang di dalam
tubuh seseorang. Sehingga perlu konsultasi dokter untuk memastikan posisi dan jenis kanker yang diidap oleh seorang pasien.
Prinsip kerja dari ECTV
ini serupa dengan cara kerja otak manusia. Sebagaimana kita tahu bahwa otak
mampu membedakan objek yang kecil dan objek yang besar secara bersamaan.
Pemindaian objek ECTV menggunakan sistem kerja saraf. Sistem ini menginput
wujud benda yang dipindai dan bekerja memanfaatkan distribusi kekuatan medan
listrik statis yang dipengaruhi sensor yang diletakkan secara 3 dimensi. Nilai
medan listrik statis ini akan berubah-ubah sesuai dengan obyek yang berada
didalamnya. Perubahan medan listrik ini akan dikonversi menjadi perubahan nilai
kapasitansi yang terukur menjadi citra objek dan yang akan dihasilkan berupa
citra tiga dimensi.
Pemanfaatan teknologi
ECTV karya warsito tidak hanya dimanfaatkan pada bidang medis. Namun juga sudah
dimanfaatkan di bidang industri contoh reaktor yang dipakai di pabrik-pabrik.
Di bidang transportasi, teknologi untuk mendeteksi kebocoran tabung
gas.Teknologi ini juga sudah digunakan pada perusahaan transportasi
transjakarta. Yang lebih fenomenal, lembaga antariksa milik Amerika Serikat,
NASA, juga menggunakan teknologi ini untuk melihat tembus timbunan material di
dinding luar pesawat. Hal ini dikarenakan apabila ada timbunan material luar
seperti air maka dibagian luar pesawat dinding pesawat dapat terbakar.
Fokus dan Konsisten
mungkin istilah yang tepat untuk menggambarkan keberhasilan warsito dalam
mengembangkan teknologi ECTV sampai sekarang ini. Ide teknologi ECTV diperoleh
nya saat ia sedang menempuh tugas akhir S-1 di fakultas Teknik Jurusan Teknik
Kimia, Universitas Shizuoka, Jepang, tahun 1991. Semula ia ingin membuat
teknologi yang dapat “melihat” tembus dinding reaktor yang terbuat dari baja atau obyek yang tak tembus cahaya.. tertantang untuk membuat teknologi yang terkesan fiksi ilmiah membuat Warsito meneruskan ide tomografi nya ini pada tesis
di jurusan teknik kimia Universitas Shizuoka dan disertasi di jurusan teknik
elektronika di Universitas Shizuoka.
Saat ini, Warsito terus
mengembangkan teknologi ECTV di tanah air. Iapun mendirikan Ctech Labs (Center
for Tomography Reserach), membangung Klinik Riset Kanker C-Care Ctech Labs, dan
juga memimpin lembaga riset Masyarakat Ilmuwan dan Teknologi Indonesia (MITI)
sebagai bentuk pengabdian nya ditanah air. Begitu besar harapan banyak orang
Indonesia terhadap karyanya ini mulai dari hal sederhana yakni sebagai solusi terhadap pasien penderita kanker
menengah ke bawah yang banyak hingga menyeterakan hadiah nobel kedokteran terhadap karyanya yang dianggap lebih baik
dengan penemuan CT-Scan dan mesin X-ray. Namun ia tidak berfikir jauh sampai
ke arah nobel. harapannya adalah dengan penemuannya memberi harapan sembuh bagi
penderita kanker dan terhadap ilmuwan Indonesia agar terpacu untuk mempunyai
budaya riset dan dan tidak merasa rendah terhadap bangsa-bangsa lain.
0 comments:
Post a Comment